Nuansa

Membuka awal bulan Februari, yang ternyata entah kenapa saya malas sekali bekerja, seminggu pertama saya merasa jenuh dan bosan. Padahal target bulan ini harus tercapai. Untungnya saya punya teman2 hebat yang bisa membuat sedikit refresh my mind.

Jika bulan Januari kemarin tema wisata kulinernya adalah vegetarian, maka bulan ini temanya adalah soup. Soup disini berarti adalah makanan yang berkuah kaldu, sesuai dengan pengertian dasarnya. Jadi tidak melulu harus Sop atau Mie Sop Ayam kalo orang medan bilang.

Rencana sudah disetting dikepala ini, hanya tinggal menyesuaikan budget. Memang harusnya sudah disusun bulan lalu, tapi karena terlalu banyak cicilan jadi yah, utang diprioritaskan. Ups, bukan bermaksud cuhat colongan.

Diawali dengan ajakan Boby nyobain sebuah tempat makan baru yang ada di belakang bandara Polonia, Medan.  Namanya Nuansa Lounge…. Desainnya modern minimalis, well, sebenarnya saya tidak dalam kapabilitas itu untuk menjelaskan desain ruangan, tapi konsep yang saya tangkap demikian. Bangunan itu berlantai 2. Lantai satu terdiri dari 2 bagian, Yang di dalam khusus untuk non smokers, sedang yang di teras untuk smokers, hiburan di teras adalah sebuah layar yang menampilkan video klip penyanyi2 mancanegara. Di bagian dalam juga terdapat sebuah wine cellar pas ketika kita masuk ke dalamnya. Saya sepat melirik beberapa jenis wine, seperti Jacob’s Creek Shiraz (Heran, merk ini kok rasanya hamper disemua tempat yang saya datangi pasti ada, apa karena murah ya?), ada cabernet sauvignon, dan Riesling untuk white wine nya.

Di lantai 2, yang memang untuk smokers, karena ac alami dan meskipun ada tenda  tapi atapnya bolong (Kalo ujan pasti buyar semua lah itu) kebetulan sekali saya berkunjung pas hari Jumat, ada live band. Kalo Sabtu mungkin juga ada.

Menu yang disajikan masih mix antara western, Indonesian dan eastern asian. Ada menu Sang O, yang biasa dipesan jika yang hadir adalah satu rombongan keluarga. Ada beberapa menu steak (Beef, Chicken, dan Salmon), dan NAsi Goreng. Saya mencoba menu Rusa bumbu Ketumbar, dan Gado GAdo Nuansa. Boby dan ke2 teman lain memesan menu yang sama, yaitu nasi goreng Kambing. Walau temanya adalah soup, saya tidak tertarik mencoba soup yang ada disitu.

Rasanya…… Agak sedikit mengecewakan, Rasa Nasi Goreng Kambingnya biasa saja, standar, ga istimewa. Padahal ekspektasinya lumayan melihat harganya yang ga murah, RP. 35.000,-++, Dan ga panas, hanya hangat kuku.  Nasi gorengnya mengingatkan saya pada Nasi Goreng Ijo yang ada di Warung Ijo, Jl. Dr. Mansyur, Medan. Bukan soal rasanya, tapi seporsi nasi itu penuh dengan cabe ijo yang dicincang kasar. Kalo di Warung Ijo, memang pas, namanya juga nasi goreng ijo dan sudah dibilang kalo pedes. Tapi untuk nasi goreng kambing ini, alhasil yang ada adalah harus extra hati2 bagi anda yang ga suka pedas, bahkan kalo perlu, jangan memesan menu ini. Karena kalo ga tahan, dijamin bakal kepedesan. Atau anda harus menyisihkan waktu untuk menyingkirkan cabenya.. hahaha…

Nasi Goreng Kambing

Next, Gado Gado… hmm, presentasinya bagus, unik karena mereka menambah elemen buah didalamnya, dan buah yang dipilih adalah nenas dan melon.. Melon untuk Gado GAdo!! Can you imagine that.. Buah melonnya ga terlalu besar, kulit kerasnya dibuat ala perahu dan dagingnya dipisah. Nenas sebagai garnish, komposisinya ada mentimun, tomat, jagung manis, kacang panjang, daun slada (bukan lettuce), daun bayam, dan kerupuk emping. Sayangnya justru disatu hal, bumbu yang dipakai adalah bumbu pecel… bukan bumbu gado gado. Memang kedua jenis makanan ini, pecel dan gado gado, memiliki bumbu dasar yang sama, tapi untuk gado gado ada tambahan kencur dan sedikit santan. Bumbunya emang enak dan pas, meskipun di lidah saya sangat familiar dengan bumbu pecel siap saji yang bisa dibeli di supermarket atau pasar.

Harga Gado Gado RP. 25.000,-++

Gado Gado

The last one is Venison with Basil, Daging Rusa yang dimasak dengan bumbu ketumbar. Pertama kali dia disajikan di depan mata saya, spontan saya kaget, WOW…. Bukan karena amazing, tapi cabe keriting ijo dan merahnya, serta Bombay yang rame banget.  Dagingnya yang di fillet kecil2 ala beef teriyaki kelihatan sih, diselip-selipin didalamnya. Perkiraan saya mungkin untuk dagingnya saja, say 70-80 gr. Sausnya ala teriyaki tapi tidak setajam teriyaki, Rasanya lumayan enak sih. Mungkin jika dimakan pakai nasi putih hangat akan lebih enak.Hanya sedikit kecewa aja ngelihat cabenya yang rame banget, eh, ada cabe hijaunya juga.. dan, rasa ketumbarnya ga nendang blas!!!

Padahal ketika melihat menu daging rusa saya langsung excited, karena udah hamper 2 tahun ga makan daging rusa. Terakhir kali ya waktu masih kerja di Slavyanka Russian Restaurant, Bali. Venison in Cranberry Sauce, Daging Rusa yang sudah direndam dalam bumbu di grill lalu dimakan pakai saus cranberry yang asam manis, dengan pan fried potato… hmmmmm

Harga Rusa Bumbu Ketumbar RP. 40.000,-++

Rusa Bumbu Ketumbar

The Others : Ice Tea RP. 15.000,-++

Satu Lagi, Servisnya….. well, sebagai sebuah lounge, kayaknya agak timpang dengan penampilan waiter/s nya. Saya tidak berkomentar tentang how are they physically, tapi seragamnya terlalu biasa, mirip warung2 biasa, dan groomingnya kurang elegan untuk sebuah lounge.

Tulisan ini tak lebih dari sekedar opini pribadi, tidak bermaksud apa2. Seperti yang sudah sering saya sampaikan. Wisata Kuliner itu sebenarnya sangat subjektif, beda lidah beda rasa.

Selamat makan Indonesia…..

About Rochman LJ
Geminian, Suka Makan, Nonton, Jalan - jalan

Leave a comment