Perjalanan (ga ada) sehari di Pulau Menjangan

Begitu menerima Broadcast BBM dari seorang teman yang isinya open trip ke Pulau Menjangan, saya langsung mengiyakan ikut tanpa berpikir. Apalagi biaya perorangnya terjangkau, cuma Rp. 360.000 (saat pelunasan ternyata cuma Rp. 245.000 per orang termasuk life jacket)

Bahkan saya yang biasanya prepare ketika merencanakan jalan-jalan, kali ini nyaris tidak sama sekali. Hanya sekali dua kali saya googling tentang Pulau Menjangan. Dan saya tahu disana bakalan snorkeling. Untunglah sudah bisa berenang… hehe. Mungkin karena acara ini digagas oleh para ahlinya backpacker, jadi saya merasa tenang. Dan bahkan siap2 belajar ilmu backpacker mereka. Oya, open trip ini diadain oleh couchsurfing Malang. Kebetulan, teman yang BC itu adalah anggotanya.

Sejak dulu saya ingin jalan bareng mereka, namun sering terkendala oleh pekerjaan. Seringnya sih soal waktu. Syukurlah, kali ini acaranya pas diadakan pada long weekend. Walau sempat ketar-ketir karena H-7 sebelum berangkat nasabah saya di Krian ada yang kecelakaan dan butuh saya untuk mengurus administrasi rumah sakit hingga klaim. Mana ga bisa selesai dalam satu hari, dan harus bolak balik Surabaya – Sidoarjo – Mojokerto.

Berhubung yang ngadain ini couchsurfing Malang, yang mana semua berangkat dari Malang, maka hanya saya seorang diri yang berangkat dari Surabaya. Hari keberangkatan Jumat sore, ketemunya di Ketapang Banyuwangi Sabtu jam 5 pagi. Kata temen saya, mereka brangkat dari Malang jam 6 sore. Saya baru selesai kerja jam 4 sore. Kalo saya ke Malang dulu malah akan membuang2 waktu. Ya kalo lancar, lha wong hari Jumat itu malam 1 suro.

Beberapa hari sebelumnya saya coba hunting tiket kereta api, semua jenis kereta udah habis bis. Nelpon travel, katanya lama perjalanan bisa sampe 9 Jam. Wuih, kalo brangkatnya jam 9 malam, sampe Banyuwangi bisa-bisa jam 6 Pagi. Ga kebayang rasa bersalahnya ntar. Semua orang nungguin saya seorang.

Akhirnya sepulang kerja saya langsung cabut ke Terminal Bungurasih. Barang bawaan udah disiapin sejak pagi. Toh cuma one day trip. Ga perlu banyak barang yang dibawa. Malahan setengah isi tas saya adalah makanan buat amunisi di jalan.

Perasaan ga enak langsung hadir ketika masuk tol perak-waru. Baru masuk tol saja barisan kendaraan udah merayap. Mana kendaraannya didominasi truck2 kontainer pula. Biasanya sih di depan ada truck mogok atau kecelakaan. Sialnya, kepadatan itu memanjang hingga selepas gunungsari. (Rupanya ada truk container terguling). Alhasil sampe terminal Bungurasih jam 6 sore.

Sesuai perkiraan saya, suasana di terminal penuh dengan calon penumpang. Malam 1 Suro itu mirip arus mudik lebaran. Calon penumpangnya membludak, tapi bisnya terbatas. Jurusan-jurusan gemuk seperti Surabaya – Malang, Surabaya – Kediri – Tulungagung, Surabaya – Jogja dipadati calon penumpang. Begitu bisnya datang, langsung diserbu. Berdesak-desakan. Bahkan jurusan banyuwangi pun juga rame. Parahnya, setelah sejam menunggu bisnya ga datang-datang. Akhirnya saya putuskan naik bis jurusan denpasar, turun di Ketapang.

Setelah nego dari harga Rp. 200rb, saya harus bayar Rp. 150rb. Sebagai orang yang ga bisa nawar, bagi saya itu udah penuh perjuangan. Nyesel karena travel Cipaganti aja jurusan Surabaya – Banyuwangi “hanya” Rp. 135.000.

Sambil menunggu bisa penuh, saya sempatkan ngobrol dengan beberapa penumpang yang naik setelah saya. Syukurlah ada 2 orang Ibu-ibu yang juga akan turun di Ketapang. Dan, pembicaraan dibuka dengan “Kena berapa, Mas?” Ternyata mereka nawar hingga Rp. 145.000. Bapak yang di bangku depan saya malah cuma Rp. 125.000. Parahnya, ada mas-mas yang turun Denpasar cuma bayar Rp. 160.000! Gilanya, ada juga sepasang kekasih yang juga turun di Denpasar bayar Rp. 245.000 per orang!!

Bis baru berangkat jam 9 malam. Saya udah kuatir akan sampai Ketapang lebih dari jam 5 pagi. Oya, satu lagi, sinyal XL dan Telkomsel di Bungurasih malam itu kacrut pol. BB saya tidak bersinyal sama sekali.

Perjalanan menuju Banyuwangi lancar jaya. Saya bisa tertidur walau sesekali terbangun. Sampai di Pelabuhan ketapang jam 4 subuh. Kekuatiran saya ga terjadi. Dan ternyata malah rombongan dari Malang terbagi jadi 2 (total yang ikut ada 29 orang). Saat saya tiba, rombongan kedua belum sampai. Sambil menanti rombongan kedua, kami menguasai pelataran Indomaret hingga matahari terbit. Hahah…

Ternyata perjalanan ke Taman nasional Bali Barat lancar jaya, jalan mulus dan sepi. Memasuki area dermaga nya saja yang macadam (ini bahasa indonesianya apa ya?).

Setelah briefing sebentar tentang cara penggunaan alat snorkeling, kami dibagi dalam 3 kapal menuju ke Pulau Menjangan. Rencana awalnya sih akan nyebur di 3 titik. Tapi hanya 2 yang terlaksana. Di titik pertama, kami langsung nyebur begitu saja. Karena ini adalah pengalaman pertama saya snorkeling yang bener (sebelumnya pernah nyobain snorkeling di Gili Trawangan tapi tanpa guide atau arahan, sehingga ntah waktu itu ngapain), maka saya cukup menikmatinya. Bagi mereka yang udah pernah kesana, katanya sih udah ga bagus lagi karena terumbu karangnya kurang berwarna. Tapi bagi pemula seperti saya, kok itu udah bagus ya.. hahah. Terlebih saya fokusnya melihat ikan-ikan yang cantik-cantik. Mulai dari yang sekelompok ikan kecil-kecil, hingga ada yang besar (ga tau namanya, ga pernah liat di TV). Dari sekian buanyak ikan, saya hanya bisa menyebut sedikit diantaranya, ada ikan Kakatua, angel fish, ikan kelelawar, ikan buntal, dan yang pasti… nemo, eh, ikan badut. Saat ketemu Nemo, saya berhenti supaya bisa bener-bener melihat dengan jelas ikan itu bermain-main diantara tentakel anemone. Karena selama ini cuma lihat di TV. Hahaha…

Di titik kedua, anak-anak snorkeling hingga palungnya. Tapi saya urung menuju sana karena gelombang yang makin gede, snorkel saya sering kemasukan air laut, dan perut udah mulai mual2, kepala pusing. Saya putuskan balik ke kapal saja. Kata anak-anak sih, lebih bagus. Karena wall nya keren, soft coralnya lebih berwarna. Bahkan ada yang free style diving. Wuih,…. Keren abis.

Tapi ga nyesel juga sih, daripada saya maksain diri ke tengah, ntar malah jackpot lagi. Karena udah ada satu orang yang muntah-muntah sejak di dive spot pertama.

Sayang, spot ketiga gagal karena udah jam 2 lebih. Jam 3 semua pengunjung udah harus balik ke “daratan”. Sayangnya lagi, karena ini acaranya nyebur laut, sedikit yang membawa kamera. Bahkan selama disana saya nggak ambil foto sama sekali. Cuma numpang foto sesekali. Itupun groufie. Agak heran pada diri sendiri karena selama seharian ga terlalu peduli dengan hp dan isinya.

Di Pulau Menjangan ini, pantainya tampak bersih, sayang sekali kami tidak main-main ke pantainya. Tapi bisa menikmati pesona bawah airnya, udah luar biasa. Semoga saja baik pengunjung maupun para pengelola bersikap arif sehingga bisa menjaga dan merawat terumbu karang supaya bisa lestari. Karena indah banget. Sayang jika 10 tahun ke depan, terumbu karangnya rusak atau kotor karena ulah pengunjung.

Karena ini one day trip, maka hari itu juga kami langsung balik ke Malang. Sebagian rombongan extend ke denpasar. Sebagian besar pulang. Mengunjungi Bali cuma sehari itu terasa singkat, sebenarnya masih ingin lebih lama, apa daya budget juga terbatas. Bahkan sebenarnya saya tidak terlalu merasa berada di Bali. Tapi, hei… Bali ga cuma tentang Denpasar, Kuta, Sanur, atau Nusa Dua.. ada banyak keajaiban yang bisa dieksplore… Salah satunya ya Pulau Menjangan ini. Kalo bosen dengan hopping club di Legian – Seminyak, atau bosan berbelanja.. kenapa tidak mencoba menceburkan diri ke laut dan menikmati lukisan dasar laut yang indah? Puasnya sepadan kok…

Perjalanan balik ke Malang juga asik. Naik bis Akas dari terminal banyuwangi, oper di Probolinggo sekitar jam 2 dini hari. Perjalanan terasa cukup lama. Apalagi saat di Situbondo kami terjebak diantara karnaval peringatan 1 Muharram. Jadi ada semacam karnaval lampion yang diadakan di jalan utama Situbondo. Pesertanya adalah perwakilan dari SMP-SMP di kota itu. Jadi di depan kami ada rombongan peserta karnaval, lalu bis kami, lalu dibelakang juga ada rombongan karnaval lagi. Anak-anak SMP itu membawa lampion warna warni sambil bersholawat. Ada juga mobil hias, becak hias, ada juga mobil hias yang full sound system, ada layar dan pake LCD pula. Walau sebenarnya pingin segera keluar dari kemacetan itu, saya memperhatikan antusias masyarakat disana menyaksikan karnaval tersebut. Sepanjang jalan mereka berdiri menunggu peserta karnaval lewat. Sebenernya sih, karnaval lampionnya biasa aja. Tapi semangat untuk merayakannya patut diapresiasi.

Anyway, terima kasih buat anak-anak couchsurfing Malang yang sudah welcome dan ramah pada newbie seperti saya. Sungguh pengalaman yang seru. Ingin belajar banyak dari kalian-kalian yang pastinya sudah malang melintang berpetualang ke pelosok negeri atau luar negeri. Apalagi kalian seru-seru dan rumpik. Hahaha…

About Rochman LJ
Geminian, Suka Makan, Nonton, Jalan - jalan

Leave a comment