Belajar Budaya dan Seni di Ullen Sentalu

Ulating Blencong iku Sejatine Tataraning Lumaku

Ulating Blencong iku Sejatine Tataraning Lumaku

“One destination is never a place, but a way to see new things” – Henry Miller

Itulah salah satu pengingat saya ketika merencanakan sebuah perjalanan. Setelah cukup lama saya berkutat dengan tagihan-tagihan di meja kerja, tiba waktunya bagi saya untuk sejenak meninggalkan kantor dan melihat hal-hal baru. Dan hal baru itu adalah Museum Ullen Sentalu.

Awalnya, secara tidak sengaja saya “menemukan” museum ini ketika iseng googling tempat-tempat wisata April lalu. Saya lupa tepatnya bagaimana, sepertinya dari twitter sih. Ulasan tentang tempat ini cukup bagus. Di trip advisor pun juga tampak menarik. Seminggu kemudian saya confirm memesan tiket kereta api dari Jogja ke Surabaya.

Yes, Saya hanya memesan tiket balik dari Jogja ke Surabaya. Karena rencananya, saya berangkat sabtu malam naik bis umum supaya sampai Jogja nya Minggu pagi. Minggu sore langsung balik ke Surabaya. Ketika hal ini saya sampaikan ke teman, mereka langsung bereaksi, apa ga capek? Ya, mungkin saja, tapi memang begitulah rencananya. Saya berniat melakukan perjalanan sendiri dan tidak menginap. Saya bisa saja menginap atau menghubungi teman-teman di Jogja supaya lebih mudah menikmati jalan-jalan ini. Tapi tidak, saya ingin menantang diri saya lagi, setelah cukup lama tidak melakukan perjalanan sendiri, atau yang kadang disebut solo traveler.

Museum ini letaknya di Kaliurang, Sleman, Jogjakarta. Menurut informasi dari web yogyes, blog dan beberapa artikel di internet, untuk menuju kesana sebaiknya menggunakan kendaraan pribadi atau sewa. Bagi yang ingin menggunakan transportasi umum bisa, namun minim info. Hanya disebutkan, dari Halte Kentungan TransJogja, naik mobil elf, turun di pertigaan hostel Vogel. (sampai saya balik ke Jogja, saya ga nemu hostelnya.. lol).

Saya sampai di Jogja ketika hari Minggu baru dilahirkan. Sebenarnya ada angkutan umum dari Giwangan yang langsung ke Kaliurang. Tapi, saya melipir dulu ke kawasan Malioboro untuk mencari sarapan. Duduk-duduk dulu sambil menikmati pagi di Malioboro. Melakukan people watch… yang ternyata banyak juga para traveler berlalu lalang di sepanjang jalan itu.

Petunjuk dari Mbah Internet adalah naik Bus Transjogja turun di halte kentungan. Udah itu aja. Di lapangan, dari Malioboro saya naik transjogja jurusan 3A, turun di halte Ngabean, oper jurusan 3B, turun di halte Kentungan. Pokoknya kalo ga ngerti rutenya, tanya aja sama mbak mas petugas TransJogja, mereka dengan ramah memberi informasi. Di dalam bisnya juga ada petugas yang mengingatkan dimana kita mesti turun.

Dari halte kentungan, saya naik mobil elf tua. Saya pasrahkan sama pak sopir untuk turun di pertigaan hostel Vogel. Saya juga sampaikan mau ke Ullen Sentalu biar lengkap. Tapi rupanya, karena penumpangnya sedikit, dan akhirnya tinggal saya, sedang perjalanan masih jauh, lalu saya diturunkan di depan pasar Pakem dan disuruh oper ke mobil bison yang sedang ngetem disitu. Dioperin ini tetep bayar loh ke mobil elf nya. Rp. 10.000!

Akhirnya, saya sampai juga di pertigaan hostel Vogel yang tidak saya temukan itu. Rupanya, supaya lebih gampang, turunnya di taman Kaliurang. Dari situ jalan sebentar hingga sampai di Museum.

Ok, jam menunjukkan sudah pukul 9.30 pagi. Dan antrian untuk memasuki museum udah lumayan banyak. Semuanya rombongan kecuali saya yang seorang diri. Karena untuk masuk ke museum ini harus dalam grup dengan pemandu, maka saya digabungkan dengan rombongan 10 orang dari Jakarta dan 5 orang dari Samarinda. Saya pengen ikut grup dari belanda tapi mereka lebih lama menunggunya. Momen yang menyenangkan adalah ketika saat masuk, kami dipanggil dengan diabsen, kalo yang lain disebut jumlah orang dan dari kota mana, saat giliran saya, dipanggil 1 orang dari Malang. Saat itu juga semua mata menatap saya.

Seperti yang diketahui, masuk ke dalam museum ini dilarang mengambil gambar, dilarang menggunakan HP. Sebenarnya, inilah yang membuat saya penasaran. Apa bagusnya hingga dilarang mengambil gambar. Dan ternyata bagus banget. Menarik. Sepanjang tur dalam museum, saya menikmati penjelasan si guide yang cukup fasih menjelaskan dan menjawab pertanyaan. Selain itu juga menikmati koleksi-koleksinya. Dan tentu saja, ada banyak informasi baru yang membuat peserta berkata “Oooo..”. Pelajaran: Budaya Jawa itu indah dan banyak filosofi yang baik.

Tur selama satu jam terasa singkat. Sepertinya masih kurang. Ingin lebih lama lagi. Terutama di ruang romantisme Gusti Nurul, putri dari keraton Mangkunegaran, yang menampilkan puisi-puisi beliau. Dan masih ingin mengagumi arsitektur bangunan yang keren. Atau menikmati suasana magis di gua sela giri nya.

Di lokasi terakhir kami diperbolehkan berfoto-foto. Disitu terdapat replika salah satu relief dalam candi Borobudur yang sengaja dipasang dengan posisi miring sebagai kritik terhadap anak-anak muda yang tidak peduli dengan budaya bangsanya.

Replika Relief Candi Borobudur

Replika Relief Candi Borobudur

Setelah mengikuti tur, saya mengintip sebentar ke Muse, toko souvenirnya. Buset, baju batik nya paling murah Rp. 600.000!. Tapi ga tau kenapa, kok saya malah beli sebuah buku dengan judul Punakawan Menggugat. Niatnya cuma ke Museum dan Beukenhof, eh, keblinger beli buku. Ya sudah, lumayan ntar buat membunuh waktu dikereta.

Beukenhof, tujuan saya selanjutnya. Yaitu restoran yang juga ada di kawasan Museum ini. Open order jam 11 siang. Tepat setelah tur saya selesai. Karena baru buka, jadi sepi sekali. Rombongan yang saya ikuti tadi sibuk berfoto-foto dilokasi pintu keluar, sedang saya naik ke restoran ini. Restorannya bagus, desainnya cantik, ada balkonnya juga. Dari balkon kita bisa melihat taman “cupid”. Bisa memotret taman itu dari balkon, karena saat tadi tur melewati taman itu, kita masih dilarang mengambil gambar.

The Garden

The Garden

Kawasan Kaliurang berada di dataran tinggi. Lokasi dan penataan Museum yang asri membuat suasana tampak teduh dengan udara yang segar. Diiringi lagu gamelan jawa, tambah adem ayem.

Saya memesan Chicken Pesto Spaghetti (Rp. 58.000 + tax). By the way, Resto ini menyediakan menu western food dengan harga yang agak mahal. haha…. tapi, rasanya enak kok.

Chicken Pesto Spaghtetti

Chicken Pesto Spaghtetti

20150531_104402

Perjuangan saya selanjutnya adalah balik ke Jogja. Saya menunggu hingga 1 jam sampai angkutan umum yang berupa mobil elf itu muncul. Eh, rupanya saya dioper lagi di pasar Pakem karena tidak ada penumpang lain selain saya. Di pasar itu, si elf ngetem cukup lama sampai saya tertidur! Walau mungkin tertidur cuma sebentar, saat bangun, anehnya saya merasa lumayan segar. hahaha… Saya terbangun gara-gara mobil berangkat dan saya diketawain oleh sopirnya.

Sampai di Jogja, saya masih harus naik transjogja. Oper 2 kali juga. Dari halte kentungan naik 2B turun di condongcatur, lalu naik 3A turun di stasiun tugu. Masalahnya, saat itu Malioboro dan Mangkubumi sedang ditutup karena ada festival apa gitu. Maka bis transjogja hanya sampai halte Samsat. Dari situ, penumpang yang ke Malioboro atau ke tugu, mesti jalan kaki kurang lebih 15 menitan. Atau naik becak.

Seorang teman berkata, “nanggung banget cuma sehari”, “hah, jauh-jauh ke Jogja cuma ke Museum?”.. well, bagi saya ini bukan tentang berapa lama perjalanan, atau berapa banyak tempat yang dikunjungi, tapi.. ini tentang saya mendidik diri saya.

Burger (lagi!)

Beberapa catatan terakhir saya berhubungan dengan makanan terus. Padahal saya bukanlah seorang food blogger, hanya pecinta makanan yang suka berbagi.. halah. Dan kali ini pun catatan saya masih seputar dunia kuliner.

Berawal dari sudah lama ga main-main ke sutos, kemarin saya kesana bersama seorang teman yang niatnya ngebir. Sempat mampir di Holycow namun ga jadi makan steaknya (yang Wagyu) itu. Bukan karena harganya yang mahal (ehem.. padahal ntar juga dibayarin temen :P) tapi teman saya kecewa karena resto itu tidak menyediakan bir atau wine, yang biasa diminum untuk menemani steak. Well, sepertinya sih resto itu emang family friendly. Maka kunjungan kesana ditunda lain hari saja.

Lalu mampirlah kami ke U cafe Eatery and Beer. Resto yang tergolong pemain baru di kecamatan Sutos ini. Karena jamnya masih jam 5 sore, resto ini sepi. Hanya kami berdua.

Space nya sih enak, luas, lapang, terbuka, dan ga terlalu banyak ornamen yang malah membuat resto keliatan tersekat-sekat. Menunya seputar menu western. Tidak terlalu banyak pilihan, namun cukup lengkap mulai dari Salad, Soup, hingga Main Course. Untuk menu “life style” nya ada pilihan Sandwich dan Burger. Ada juga menu breakfast yang didominasi kreasi telur seperti Egg Benedict yang femes itu. Sayangnya hari sudah sore, jadi menyantap Egg Benedict saat sore hari agak aneh. Kami memesan Parisien Burger dan Sandwich Sapler.

Parisien Burger

Parisien Burger

Parisien Burgernya datang dengan ukuran gede. Daging patty nya tebal. Ada tambahan telur mata sapi dan tentunya, sayuran standar seperti lettuce, Onion dan Tomat. Secara keseluruhan rasanya lumayan, tapi masih ada yang lebih sedap darinya.

Parisien Burger

Parisien Burger

Sandwich Sapler

Sandwich Sapler

Sandwich Sapler terdiri dari 3 macam pilihan. Sandwichnya sendiri sederhana. Dua tangkup roti yang diisi mozarella yang leleh. Disajikan dengan topping 2 buah meatball yang cukup enak juga. Bagian ini yang paling enak dari menu ini. Bagian keduanya adalah potongan roti dengan topping sayuran dan disiram saus (seperti saus barbeque?), dan bagian ketiganya, potongan roti dengan topping beef black pepper sauce. Sayangnya, daging sapi dan saus black peppernya disajikan dalam keadaan dingin!!! padahal sandwichnya masih terasa hangat dan mozarella nya lumer. Tapi beefnya dingin. Apa mungkin beef ini sudah diprepare trus mereka lupa menghangatkan.. uuh, sayang sekali. Kalo hangat, mungkin terasa enak.

Sandwich Sapler

Sandwich Sapler

Menemani burger dan sandwich nya, disajikan pula sebucket kecil french fries. Harga Burger dan Sandwich masing2 yaitu IDR. 50K. Untuk pilihan minuman, dari jus hingga liquer, cocktail dan mocktail ada kok.

Five Monkeys, My New Favorite Burger

Picture was taken from Google (kura2guide.com)

Picture was taken from Google (kura2guide.com)

Sebenarnya sudah sejak tahun lalu teman saya mengajak ke tempat ini. Namun tahun lalu (akhir 2013) ketika jalan-jalan ke Legian, Bali, resto ini sudah tutup karena waktu sudah menunjukkan jam 12.00 (kami pikir karena lokasinya di Legian, maka ngikut klub-klub tetangganya.. hehe). Nah, pas pergantian tahun 2014 ke 2015 kemarin saya berkesempatan untuk jalan-jalan di Bali (lagi). Kali ini saya sudah mempersiapkan diri untuk datang ke resto ini lebih awal. yaitu jam 7 malam.

Five Monkeys namanya. Mendengarnya saja sudah ear catching. Pas juga dengan nama akun social media saya yang menggunakan kata Monkey. Lokasinya di Jl. Legian, Bali. Tidak jauh dari Sun Island atau Love F hotel. Restonya kecil, memanjang ke belakang. Namun tempat ini asik buat nongkrong. Di teras disediakan meja dan kursi buat yang suka menikmati udara Kuta sambil melihat orang berlalu-lalang. Atau yang ingin adem, bisa ke bagian dalam yang berAC. Suasana restonya lucu. Meja dan kursi dari kayu dengan desain antik, namun pas dengan warna temboknya. Di dindingnya sendiri dipajang beberapa poster lawas sebagai pemanis ruangan. Dan meja bar memanjang buat nongkrongin staff nya. Yep, Burger atau Hot Dog anda dimasak di depan anda. Menarik.

20141231_203354(1)

Five Monkeys, Fresh Burgers and Cold Beers. Pilihan menunya tidak banyak, ada beberapa pilihan Burger dan Hot Dog. Ada juga menu combo Burger atau Hot Dog dengan Bali hai Beer. Sayangnya, ketika saya kesana, Hot Dognya sudah sold out! Baru jam 7 malam itu… Padahal saya udah siap menyantap itu. Akhirnya saya pilih Cheese Burger, Chicken Burger dan Curly Fries.

Saya, yang biasanya menomorsekiankan burger dalam pilihan makanan ketika lapar, langsung jatuh cinta saat menggigit cheeseburgernya. Enak banget. Semuanya fresh. Rotinya enak, sayurnya segar dan crunchy, sausnya pas, dan yang terpenting, dagingnya… ukurannya balance dengan roti, juicy dan enak. Sampai-sampai saking semangatnya saya makan, sampe lupa memfoto terlebih dahulu. Hehehe… Chicken burger juga enak.

Cheese Burger

Cheese Burger

Beberapa pilihan bir juga ada disana. Kebayang deh, kalo misalnya kerja di Bali. Pulang kerja pingin nongkrong sambil njajan. Trus mampir ke Five Monkeys, duduk di meja bar, pesen cheeseburger dan sebotol corona dingin atau soft drink sambil ngobrol dengan Spongebob, eh.. chef nya 😀

Next visit to Bali… semoga bisa dapet Hot Dog nya.

Pancake dari Carpentier Kitchen

Perpaduan antara fashion dan kuliner bisa menjadi bidang bisnis yang bagus. Hal ini ditunjukkan oleh ORE Shop yang berlokasi di jl. Untung Suropati, Surabaya. ORE Shop adalah fashion store cantik yang membidik para fashionista muda di kota ini. Koleksinya terbatas dan memang cukup unik. Mulai dari Sandal, Sepatu hingga (tentu saja) item pakaian yang bermacam-macam. Untuk cewek maupun cowok. Kalo di lantai satunya, pakaian lebih di dominasi busana cewek, di lantai duanya lebih banyak item pakaian cowok. Kualitasnya bagus, dan harganya pun emang lumayan mahal. Macam-macam asesoris ada disana, bahkan mainan juga ada. ada mainan yang kecil banget, terbuat dari plastik (kualitas bagus) berbentuk ala pokemon, harganya Rp. 70.000 sebiji!

Lay out storenya luas, bersih, dan nyaman. Beberapa koleksi barang antik seperti gramofon, mesin ketik tua, atau telepon jadul mempermanis design interiornya. (Mau foto sungkan euy…)

Nah, setelah storenya, dibagian belakangnya adalah Carpentier Kitchen. Sebuah cafe kecil yang menjadi satu dengan storenya. Sepertinya sih, bangunan store ini adalah sebuah rumah yang disulap menjadi store. Cafe nya sendiri terletak di teras belakang rumah tersebut. Yup, konsepnya outdoor. Walau ada juga satu/dua meja yang ada di dalam storenya yang dingin. Cafe ini tidak terlalu luas, malah cenderung kecil. Namun penataan mejanya cukup cerdik sehingga tidak terlalu rapat. “Dining room” dan dapurnya langsung berhadapan.

Ok, next kita ke menu. Menu yang ditawarkan tidak banyak. Menu nasi goreng ada juga. Menu “urban” lebih laku kayaknya. Seperti burger dan pancake yang menjadi signature nya. Saya mencoba menu favorit disana. Chocolate Pancake with Nutella. Sedang teman saya memesan Cheese Pancake.

Chocolate Pancake nya ternyata enak banget. Disajikan benar-benar masih panas dan fresh. Teksturnya lembut. 2 buah pancake ditumpuk lalu diolesin Nutella sampai penuh, benar-benar menggoda. Tambahan rasa kacang pada sausnya menambah kelezatannya. Recommended. Tapi lebih baik kalo mau memesan pancake jangan makan apa-apa dulu. Karena rasa manisnya membuat cepat merasa kenyang.

Chocolate Pancake

Chocolate Pancake

Cheese Pancakenya hadir dengan tampilan sederhana. 2 buah pancake ditaburi gula, lalu disiram sirup maple yang manis. Berlawanan dengan chocolate Pancake yang manis, Cheese Pancake nya terasa gurih. Kejunya terasa. Perpaduan rasa gurih asin keju dengan sirup manis maplenya cocok di lidah saya.

Cheese Pancake

Cheese Pancake

Karena pesanan kami sudah full karbo, maka saya putuskan untuk memesan teh klasik sebagai teman makan. Yang disajikan seperti ini :

Teh Klasik

Teh Klasik

Kita menyeduh sendiri tehnya, dengan air panas dari termos jadul. lucu.

Lokasi ORE Shop dan Carpentier Kitchen ini tidak dipinggir jalan raya. Tetapi masuk ke perumahan (Jalan sebelahnya Happy Puppy Dr Soetomo). Kalo bawa parkir mobil, kalo sedang rame bisa-bisa ya parkirnya di depan rumah orang. Tapi ada tukang parkir kok. Untuk harga masih terjangkau. Standar lah. Choco Pancake nya Rp. 30.000 dan Cheese nya Rp. 23.000.

Carpentier Kitchen

Carpentier Kitchen

 

Mie Udon dan Tempura ala Marugame Udon

MARUGAME UDON dan TEMPURA

Resto Jepang yang merupakan pemain baru di Surabaya ini mengkhususkan dirinya di menu Udon dan Tempura. Menjadikan Udon sebagai bintang utama, di kota Surabaya ini, ya baru kali ini saya temui. Biasanya yang lebih popular adalah Ramen. Udon hanya masuk dalam pilihan menu. Pilihannya pun ga banyak.

Marugame bertempat di food court Tunjungan Plaza, lokasinya di eks Solaria. Bersebelahan persis dengan resto Jepang juga, tapi khusus Ramen. (Sebenernya saya lebih suka Ramen, tapi karena resto itu ada menu babinya, maka saya terpaksa menahan diri) Di Marugame, mereka berani menulis No Pork di restonya.

Konsep Marugame adalah open kitchen dan semi self service. Pilihan menunya ada di neon box atau menu yang Cuma selembar. Pilihannya emang ga banyak, tapi cukup variatif. Untuk menu Udon nya, kita harus menunggu sebentar untuk mendapatkan semangkuk mie berbahan dasar beras itu. Udon nya sudah siap saji (Tidak frozen). Si server hanya tinggal merebus sebentar (masaknya didepan kita), ditaruh mangkuk dan ditambah kuah atau bumbu sesuai pesanan. Apakah anda suka yang berkuah seperti Beef Udon (Mie Udon, Irisan Daging dan kuah noodle soup), pake bumbu kare seperti pilihan saya, atau yang kering seperti Mentai Kamatama.

Setelah Udon pesanan disajikan (Kita ambil tray sendiri), anda akan melewati pameran Tempura yang menggiurkan. Prawn Tempura yang femes itu, Kakiage Tempura, dan teman-temannya.

Setelah itu barulah anda harus bayar. Untuk pilihan minum, hanya ada air mineral dan free flow ocha. Ocha panasnya menyeduh sendiri, sedang ocha dingin nya tinggal ambil di dispenser.

Ok, soal rasa, Beef Curry Udon pilihan saya sebenarnya enak. Dagingnya tasty, mie nya kenyal enak. Sayangnya, bumbu kari nya kurang nendang. Kurang menggigit aromanya. Sebagai orang yang pernah kerja di resto Jepang dan pernah masak menu yang sama, ekspektasi saya terhadap bumbu karinya sepertinya agak ketinggian. Saya tambahkan cabe potong, wijen, extra daun bawang dan sedikit shoyu supaya lebih beragam rasanya.

Beef Curry Udon

Beef Curry Udon

Yang mengejutkan malah Mentai Kamatama Udon nya. Ya, udon ini disajikan kering tanpa kuah. Selain mie udonnya, ada telur mata sapi setengah matang, daun bawang, bumbu merah (saya tdk tahu apa itu.. wortel yang dihaluskan?) dan irisan nori. Rasanya enak loh. Rasa shoyu dan komposisi toppingnya bisa menyatu dengan baik.

Mentai Kamatama Udon

Mentai Kamatama Udon

Tempura pilihan kami adalah Broccoli tempura yang enak, dan Chicken Chilli Tempura. Broccoli tempura, sudah jelas, yaitu sayur broccoli, wortel dan  bawang Bombay digoreng tempura. Sedang chicken chilli nya adalah cabe hijau besar yang diisi daging ayam, lalu digoreng tempura. Rasanya enak. Walaupun itu cabe…

Broccoli and Chicken Chilli Tempura

Broccoli and Chicken Chilli Tempura

Harganya masih standar untuk resto Jepang di mall. Semangkuk Udon yang cukup banyak itu hanya Rp. 50.000, untuk Udon nya di bawah Rp. 20.000. Chicken Chilli tempuranya malah Cuma Rp. 7.000,-

Yep, resto ini bisa jadi pilihan untuk wisata kuliner anda.

KL Ekspress…

KL Ekspress berlokasi di daerah yg tertinggi di kota Malang, tentu bisa langsung dibayangkan bahwa resto ini menawarkan pemandangan yang bagus, suasana yang nyaman, dan udara yang sejuk. Bagaimana tidak, dibangun di Villa Puncak Tidar, Malang, salah satu perumahan elit di kota Malang. Jauh dari kebisingan jalan raya yang sesak oleh kendaraan.

KL Ekspress

KL Ekspress

Sayangnya saya mampir kesana saat malam hari. Memang pemandangan tidak dapet. Tapi harus diakui bahwa resto yang mengusung konsep cafeteria-kantin ini emang asik. Luas dan terbuka sehingga udara dengan mudah berganti. Karena di wilayah tinggi, maka udaranya emang sejuk dingin.

Pertama kali sampai sana, langsung aware kalo resto ini kelasnya menengah atas. Secara hampir semua pengunjung bermobil bagus. Karena saya celingukan kesana sini liat parkir motor isinya cuma sedikit.

Mungkin karena saya datang saat jam makan malam, jadi resto ini sangat ramai. Rata-rata pengunjungnya adalah keluarga. Ada yang membawa anak-anak. Jujur, kalo makan di resto keluarga yang rame, dan ada anak-anak yang berisik, saya cepat kehilangan selera. Walaupun resto itu kategori mahal. Ada sih yang rombongan anak-anak muda. Kayaknya sih mahasiswa Universitas Machung yang emang deket banget dengan resto ini. Dan beberapa anak muda yang sekedar nongkrong sambil ngebir.

Sebagian besar menunya masih seputar Chinese food. Tapi yang mencuri perhatian saya justru dim sum nya. Udang Mayonaise, Siomay goreng Udang, dan Gyoza nya enak banget… Harga seporsi satu macam dimsum Rp. 15rb an. Untuk minumnya saya pilih teh tarik hangat yang lumayan enak untuk kesejukan malam itu.

Udang Mayonaise

Udang Mayonaise

Karena resto ini buka 24 jam (katanya), maka kalo anak-anak muda ingin nongkrong, enaknya diatas jam 8 malam. Atau datang sore sekalian, jam 5 atau 6 sore. Kalo mau gaya-gayaan ngebir ya silakan, tapi kalo saya sih lebih suka menikmati minuman panas. Kalo ada angsle atau ronde lebih enak.

Untuk menu, bagi yang muslim hati-hati ya, karena beberapa menunya adalah bebong alias babi.