Dari Sibolga ke Pinggir Rel Kereta Api

Ini adalah beberapa tempat makan yang sejak awal Bulan Maret ini saya cicipin:

Rumah Makan SIBOLGA

Lokasinya di jalan Sisingamangaraja, Medan. Disamping Hotel Antares Medan. Sesuai dengan namanya, rumah makan ini menyediakan menu khas Sibolga. Sebenernya kalau dilihat susunan menu yang disajikan di meja kami, tidak terlalu jauh dengan warung nasi padang seperti ACC atau Garuda. Namun ada 2 menu yang tidak dijumpai di warung nasi padang kebanyakan, yaitu Ikan Geleng dan Ikan Sale.

Ikan Geleng ini unik, karena dagingnya dihaluskan dan dicampur bumbu (sepertinya dicampur dengan kelapa parut—saya Tanya resepnya tidak dijawab hehehe– ) setelah dicampur tadi, rupanya dibentuk ulang mirip badan ikan lengkap dengan ekornya, lalu digoreng. Tentu saja durinya sudah dihilangkan. Sedang ikan Sale, adalah ikan (bisa jenis apa aja, di RM Sibolga hari itu ikan Lele) yang dibakar dengan bumbu dan dibakar dalam daun pisang.

Selain itu juga ada menu Gulai ayam kampung, dan teri sambal yang enak. Makan berlima kami habis Rp. 100.000 an lebih dikit… murah dan enak…

Worth to try

GOLDEN RICE

Sedang ada promo layak coba di Golden Rice, Sun Plaza lt 2. Untuk menu-menu tertentu harganya hanya Rp. 10.000,- per menu. Namun setiap satu pelanggan hanya boleh memilih satu menu dari pilihan menu harian yang disediakan. Setiap hari menu Rp. 10.000,- yg ditawarkan berbeda-beda. Kami datang pada hari senin, ada sekitar 7 menu untuk hari senin yang hanya 10.000,- ada ayam kuluyuk, ayam kung pao, tumis buncis, dsb (lupa) Namun dari sekian menu, entah kenapa saya tdk tertarik. Hanya si Awan yang memesan ayam kuluyuk.

Pesanan kami adalah Paket Chicken Katsu, Paket Ayam Teriyaki, dan saya Ayam Hainan. Porsinya cukup dan rasanya pas. Enak. Menu paket  Katsu dan Teriyakinya cukup lengkap juga, dalam satu kotak ala Bento terdiri dari nasi, ayam teriyaki/katsu, nugget udang, simple salad (wortel serut dan kubis cincang dengan mayo), sup tahu, dan saus tomat/sambal.

Ayam Hainan punya saya juga enak, namun isinya hanya ayam, nasi dan kuah sup. Jika dibandingkan dengan ayam Hainan yang ada di jalan Semarang, ada perbedaannya. Yaitu isinya tidak selengkap yang di jalan Semarang, jika di jalan Semarang ada teripang rebusnya, di Golden Rice ga ada.

Nasi Ayam Hainan

Warung Kak Yus

Mendengar namanya mungkin anda akan bertanya, siapa itu kak Yus??

Beliau adalah pemilik warung makan nasi biasa yang terletak di dekat rel Kereta Api dekat jalan Pandu, Medan. Warungnya kecil, lokasinya sih strategis karena dekat dengan banyak kantor di Jl. Pemuda, dan untung deket bengkel, jadi mobil2 bisa parkir di dalam, coba kalo tidak ada parkir, apa ga menderita para pelanggannya. What?? Yep, walau kecil warungnya, tapi pelanggannya datang silih berganti, terutama saat jam makan siang. Alhasil, saat jam makan siang bisa dilihat antrian begitu banyak dan orang2 yang makan ditempat pun, harus rela menunggu meja kosong, yang sedang makan pun harus sadar bahwa dia tidak boleh berlama-lama disitu alias setelah makan usai harus segera beranjak.

Apa istimewanya warung ini? Ternyata menu Ikan Acarnya yang jadi incaran banyak orang. Ikan kembung dibumbu acar inilah daya tariknya. Dalam sekejap saja satu nampan ikan habis seketika. Kadang orang harus nunggu sampai nampan berikutnya datang.

Memang unik dan enak si Ikan Acar ini, kalo saya perhatikan, dia adalah Ikan Kembung yang direndam bumbu, lalu dikukus. Setelah itu dibakar untuk mendapat efek gosong. Disajikan dengan disiram bumbu acarnya (cincangan cabe keriting merah dan hijau, serta bawang merah dengan sausnya yang terasa segar sekali – ini dia yang bikin Maknyus– ) Pelengkapnya adalah sambel ijo halus, bawang merah goreng dan jeruk nipis. Supaya lebih segar jangan lupa siram ikannya dengan perasan jeruk nipis itu.

Harganya, hanya Rp. 10.000,-

Menu lainnya juga ada, seperti Ayam Pop, Cumi sambel, Gulai Ikan Nila, Telur Dadar, dan Belut Cabe Ijo (Belutnya gede banget ciiin,…. Mirip lele)

Keren…..

Ikan Acar

Nuansa

Membuka awal bulan Februari, yang ternyata entah kenapa saya malas sekali bekerja, seminggu pertama saya merasa jenuh dan bosan. Padahal target bulan ini harus tercapai. Untungnya saya punya teman2 hebat yang bisa membuat sedikit refresh my mind.

Jika bulan Januari kemarin tema wisata kulinernya adalah vegetarian, maka bulan ini temanya adalah soup. Soup disini berarti adalah makanan yang berkuah kaldu, sesuai dengan pengertian dasarnya. Jadi tidak melulu harus Sop atau Mie Sop Ayam kalo orang medan bilang.

Rencana sudah disetting dikepala ini, hanya tinggal menyesuaikan budget. Memang harusnya sudah disusun bulan lalu, tapi karena terlalu banyak cicilan jadi yah, utang diprioritaskan. Ups, bukan bermaksud cuhat colongan.

Diawali dengan ajakan Boby nyobain sebuah tempat makan baru yang ada di belakang bandara Polonia, Medan.  Namanya Nuansa Lounge…. Desainnya modern minimalis, well, sebenarnya saya tidak dalam kapabilitas itu untuk menjelaskan desain ruangan, tapi konsep yang saya tangkap demikian. Bangunan itu berlantai 2. Lantai satu terdiri dari 2 bagian, Yang di dalam khusus untuk non smokers, sedang yang di teras untuk smokers, hiburan di teras adalah sebuah layar yang menampilkan video klip penyanyi2 mancanegara. Di bagian dalam juga terdapat sebuah wine cellar pas ketika kita masuk ke dalamnya. Saya sepat melirik beberapa jenis wine, seperti Jacob’s Creek Shiraz (Heran, merk ini kok rasanya hamper disemua tempat yang saya datangi pasti ada, apa karena murah ya?), ada cabernet sauvignon, dan Riesling untuk white wine nya.

Di lantai 2, yang memang untuk smokers, karena ac alami dan meskipun ada tenda  tapi atapnya bolong (Kalo ujan pasti buyar semua lah itu) kebetulan sekali saya berkunjung pas hari Jumat, ada live band. Kalo Sabtu mungkin juga ada.

Menu yang disajikan masih mix antara western, Indonesian dan eastern asian. Ada menu Sang O, yang biasa dipesan jika yang hadir adalah satu rombongan keluarga. Ada beberapa menu steak (Beef, Chicken, dan Salmon), dan NAsi Goreng. Saya mencoba menu Rusa bumbu Ketumbar, dan Gado GAdo Nuansa. Boby dan ke2 teman lain memesan menu yang sama, yaitu nasi goreng Kambing. Walau temanya adalah soup, saya tidak tertarik mencoba soup yang ada disitu.

Rasanya…… Agak sedikit mengecewakan, Rasa Nasi Goreng Kambingnya biasa saja, standar, ga istimewa. Padahal ekspektasinya lumayan melihat harganya yang ga murah, RP. 35.000,-++, Dan ga panas, hanya hangat kuku.  Nasi gorengnya mengingatkan saya pada Nasi Goreng Ijo yang ada di Warung Ijo, Jl. Dr. Mansyur, Medan. Bukan soal rasanya, tapi seporsi nasi itu penuh dengan cabe ijo yang dicincang kasar. Kalo di Warung Ijo, memang pas, namanya juga nasi goreng ijo dan sudah dibilang kalo pedes. Tapi untuk nasi goreng kambing ini, alhasil yang ada adalah harus extra hati2 bagi anda yang ga suka pedas, bahkan kalo perlu, jangan memesan menu ini. Karena kalo ga tahan, dijamin bakal kepedesan. Atau anda harus menyisihkan waktu untuk menyingkirkan cabenya.. hahaha…

Nasi Goreng Kambing

Next, Gado Gado… hmm, presentasinya bagus, unik karena mereka menambah elemen buah didalamnya, dan buah yang dipilih adalah nenas dan melon.. Melon untuk Gado GAdo!! Can you imagine that.. Buah melonnya ga terlalu besar, kulit kerasnya dibuat ala perahu dan dagingnya dipisah. Nenas sebagai garnish, komposisinya ada mentimun, tomat, jagung manis, kacang panjang, daun slada (bukan lettuce), daun bayam, dan kerupuk emping. Sayangnya justru disatu hal, bumbu yang dipakai adalah bumbu pecel… bukan bumbu gado gado. Memang kedua jenis makanan ini, pecel dan gado gado, memiliki bumbu dasar yang sama, tapi untuk gado gado ada tambahan kencur dan sedikit santan. Bumbunya emang enak dan pas, meskipun di lidah saya sangat familiar dengan bumbu pecel siap saji yang bisa dibeli di supermarket atau pasar.

Harga Gado Gado RP. 25.000,-++

Gado Gado

The last one is Venison with Basil, Daging Rusa yang dimasak dengan bumbu ketumbar. Pertama kali dia disajikan di depan mata saya, spontan saya kaget, WOW…. Bukan karena amazing, tapi cabe keriting ijo dan merahnya, serta Bombay yang rame banget.  Dagingnya yang di fillet kecil2 ala beef teriyaki kelihatan sih, diselip-selipin didalamnya. Perkiraan saya mungkin untuk dagingnya saja, say 70-80 gr. Sausnya ala teriyaki tapi tidak setajam teriyaki, Rasanya lumayan enak sih. Mungkin jika dimakan pakai nasi putih hangat akan lebih enak.Hanya sedikit kecewa aja ngelihat cabenya yang rame banget, eh, ada cabe hijaunya juga.. dan, rasa ketumbarnya ga nendang blas!!!

Padahal ketika melihat menu daging rusa saya langsung excited, karena udah hamper 2 tahun ga makan daging rusa. Terakhir kali ya waktu masih kerja di Slavyanka Russian Restaurant, Bali. Venison in Cranberry Sauce, Daging Rusa yang sudah direndam dalam bumbu di grill lalu dimakan pakai saus cranberry yang asam manis, dengan pan fried potato… hmmmmm

Harga Rusa Bumbu Ketumbar RP. 40.000,-++

Rusa Bumbu Ketumbar

The Others : Ice Tea RP. 15.000,-++

Satu Lagi, Servisnya….. well, sebagai sebuah lounge, kayaknya agak timpang dengan penampilan waiter/s nya. Saya tidak berkomentar tentang how are they physically, tapi seragamnya terlalu biasa, mirip warung2 biasa, dan groomingnya kurang elegan untuk sebuah lounge.

Tulisan ini tak lebih dari sekedar opini pribadi, tidak bermaksud apa2. Seperti yang sudah sering saya sampaikan. Wisata Kuliner itu sebenarnya sangat subjektif, beda lidah beda rasa.

Selamat makan Indonesia…..

Tema Bulan Ini

VEGETARIAN

Itulah tema bulan ini. Tetapi tidak berarti setiap hari saya makan vegetarian. Lha wong pasang status di pesbuk bahwa saya akan lebih sering makan sayur aja udah ditegur banyak orang. Yang katanya saya ini sudah kurus malah jadi vegan, apa ga ntar malah sekeping papan. Guys… Saya tidak bermaksud menjadi vegan, hanya memakan sayuran lebih banyak.

Sebenernya dengan “kondisi” di Medan, rumah makan atau warung vegetarian lumayan banyak pilihan. sebenarnya pun, di rumah makan umum bisa dijumpai makanan tersebut. Hanya saja, ketika kita memasuki tempat makan yang memang spesialisasinya di vegetarian food, maka bisa dijamin makanan tersebut Insya Allah Halal, dan tidak menggunakan bumbu bawang-bawangan. yang konon kabar dari si burung mengandung zat yang membangkitkan libido.

Adalah 2 rumah makan vegetarian yang paling dekat dengan kosan saya. Yang pertama adalah Socrates, tempatnya kecil, jadi satu dengan rumah empunya. Saya belum pernah nyobain satupun menunya, masuk aja belum pernah. Hanya baca reviewnya saja. Slogannya sih, Eat, Read, Think…. Katanya nasi goreng olive adalah andalannya.. hmmm, minggu depan perlu dicoba nih. Anyone will join me?? hehehe

Next, yang jaraknya hanya sejengkal dari Socrates ada Medan Vegetarian. Yang satu ini konsepnya Buffet, Menu2nya disajikan di meja prasmanan. Pelanggangan mengambil sendiri makanan pilihannya. Ada beberapa macam pilihan, brokoli, tumis buncis, gulai daun ubi, terong goreng, Wortel dan nenas asam manis, tahu putih, urap, bakwan jagung, perkedel kentang, kentang semur, tumis baby corn, cap cay, dan banyak lagi. Selain itu juga ada nasi padang vegetarian, mie pangsit, mie goreng, nasi goreng, kari ayam….

Tunggu, kari ayam??? yap… memang namanya kari ayam, tapi ga ada secuilpun daging ayam. Seperti makanan vegetarian pada umumnya sekarang. Variasi menunya tidak melulu sayuran. Namun daging2 palsu pun (yang dibuat dari gluten(tepung)) juga bisa dinikmati para vegan. Saya tidak tertarik mencoba daging2 tersebut karena saya pikir buat apa makan tepung, secara jauh lebih sehat makan sayur asli, atau daging asli sekalian.

Rasanya sih, secara keseluruhan lumayan enak. Bakwan jagungnya enak, brokolinya juga enak, namun bagi anda yang tidak terbiasa makan vegetarian (apalagi nyobain menu2 yang agak aneh) mungkin agak merasa aneh aja rasanya.

Anda bisa makan di tempat atau dibawa pulang. Harganya… Kalo dipikir sih, harusnya makan sayur aja bisa lebih murah, tapi jatuhnya malah lebih mahal. Sebungkus isi 2 macam sayuran, satu “cup” nasi, 3 potong tahu ukuran 2x2cm, dan 1 buah bakwan jagung saja Rp. 12.000,-, bandingkan dengan nasi padang pake ayam gulai dengan nasi porsi kuli yang hanya Rp. 8.000,- (ayamnya lumayan gede lagi)

Untuk Socrates, please try Nasi Goreng Ikan Asin, seporsi Rp. 14.000,-nett, tentunya ikan asin palsu, tapi rasanya ikan asin loh….. enak…

Nasi Goreng Vegetarian

 

Tapi bagaimanapun juga, pengalaman lah yang pada akhirnya memperkaya wawasan kita….

Selamat Makan Indonesia…..

Makan-makan di awal tahun

Selamat datang 2011…….

Setumpuk agenda sudah menanti, kerjaan yang targetnya meningkat, tagihan2 yang juga menumpuk, dan rasa capek yang ikut2an numpuk di badan. Setelah melawan flu selama 2 minggu, akhirnya bisa bernafas dengan lega… pelajaran pertama di awal tahun… jaga kesehatan, bersyukur jika kita sehat.. (klasik memang, tapi kita sering lupa kan?)

Awal tahun 2011 ini, wisata kuliner saya dimulai tanpa perencanaan. Tapi begitu kan memang serunya, tanpa persiapan, sama seperti backpacker yang super nekat, yang penting go show aja…

Perjalanan pertama berhenti di Nasi Goreng S.Parman.. hanya sekitar 10 meter dari simpang  empat Cambridge City Square. Dari Zainul Arifin yang belok kiri ya.. bukan yang belok kanan. Padahal tempatnya ga jauh dari Kosan, tapi sering terlewatkan. Kalo malam, rame banget, bisa dibilang, tiap kali lewat situ selalu rame. Di seberangnya, Ketoprak, juga ga kalah rame. Tapi kali ini edisi nasi goreng. Kita berlima nyobain nasi gorengnya. Heran juga sih, tempatnya kecil, mirip warung2 biasa gitu, tapi tamunya keluar masuk, orang2 kantoran yang pulang kerja, keluarga, anak2 muda yang bermobil…

Maka kamipun pesan 5 piring nasi goreng. Tidak ada pilihan lain selain nasi goreng. Toppingnya bisa telur dadar, mata sapi, atau ayam goreng. Kami semua pake dadar kecuali Ody pake mata sapi dan Yudhis yang hanya makan telur mata sapi (katanya sih udah makan)

Seperti warung2 nasi goreng yang lain. Nasi gorengnya sudah diprepare terlebih dahulu, jadi panasnya ga greget. Toppingnya selain dadar, yang aroma menteganya terasa banget “Blue Band”, ada potongan dadu mini daging sapi bumbu semur yang ga jelas gitu.. dingin lagi.. mana enak daging sapi disajikan dingin.

Rasa nasi gorengnya standar, dadarnya aja yang terasa mentega, condimentnya biasa aja (krupuk dan acar), jadi, apa istimewanya? Tempatnya juga bukan tipe tempat yang bisa buat nongkrong lama2. Heran juga sih bisa rame……..

Harganya juga agak mahal dengan porsi sekecil itu, Rp. 10.000,-

Nasi Goreng

Next, kita makan mie goreng di Mie Jogja… nama jalannya lupa saya. Tapi di dekat Gelato Bar.

Tempatnya lapang dengan konsep warung terbuka… ga ada yang istimewa. Menu yang ditawarin juga minimalis, nasi goreng, mie goreng, mie godhog (rebus), dan bihun.

Rasa mie gorengnya jawa banget…. Alias manis. Porsinya yah… kecil, tapi pas bagi saya. Cukup mengenyangkan bagi anda yang tidak makan banyak. Tapi enak juga kok. Lebih mantap itu malah dibanding nasi goreng yang di S.Parman itu.

Harganya juga standar, Rp. 12.000,-

Hanya saja, mungkin lidah orang medan yang terbiasa makanan berbumbu tajam, pedas dan gurih, perlu beradaptasi juga kalau makan mie ini. Sebagai teman makan, minumnya jangan yang manis. Karena anda bisa ngerasa eneg. Jadi better choice is teh pahit, atau lemon tea. Selamat mencoba,…….

Mie Goreng Jogja

Buka Puasa Gratis

Wah, tak terasa… ramadhan 1431 H sudah mendekati akhir… sedih untuk berpisah, karena kapan lagi bisa menumpuk amal? yah, di bulan-bulan setelah ramadhan sih masih bisa beramal, malah emang harus, tapi pahala di bulan ramadhan berlipat2. itulah yang bikin kangen…

Saya tidak membicarakan tentang amal di bulan ramadhan karena saya tidak dalam kapasitas itu untuk bicara… Seperti biasa, tentang pengalaman makan….

Beberapa kali buka puasa bersama ternyata menambah referensi saya tentang makanan2 yang melimpah ruah di Medan. Sebagian besar adalah tempat makan yang sudah pernah saya kunjungi, sebut saja seperti Bumbu Desa di Gajah Mada, Pantai Timur di Medan Fair, tempat baru seperti Ayam Penyet Surabaya Dr. Mansyur, dan De Waroeng Cambridge City Square (kari Ayamnya lebih enak daripada punya Fountain)

Namun kemarin undangan berbuka puasanya adalah di MAsjid Al Jihad, Jl. Abdullah Lubis, Medan. Yang ngajakin pacar sendiri sih, bersama seorang teman lagi. kata dia, buka puasa di masjid itu tidak hanya takjil, tapi juga dapet nasi bungkus. Nah, mengingat gajian yang belum juga ditransfer, akhirnya saya putuskan untuk nyari buka puasa gratis disitu.

Bayangan saya, yang akan hadir di buka bersama di masjid itu adalah orang-orang yang kurang mampu. Eh, ternyata salah. Dari yang saya perhatikan, ada mahasiswa2 yang mungkin anak kos, anak2 kecil dan bapak ibu yang mungkin tinggal di sekitar masjid tersebut, dan Ada juga loh, bapak-bapak dan Ibu-ibu yang naik mobil bagus, pake baju bagus…. hmmmm

Teh manis disusun berjajar di lantai membentuk garis yang membuat orang duduk bersila berhadapan. begitu menjelang azan, orang-orang semakin banyak. Sayangnya saya tidak punya kesempatan berbicara dengan panitia untuk bertanya tentang kegiatan ini. Setiap orang diberi 3 butir kurma sebagia takjil, dan 1 bungkus nasi berisi ayam goreng, sambal tempe teri. porsi dan rasanya ternyata pas bagi saya, tapi tidak bagi pacar saya dan beberapa orang. Saya mendengar seorang anak kecil bilang “Yah, sedikit kali nasinya”, dan yang bikin ngangkat alis, ada seorang bapak yang dari penampilannya sehat bugar dan makmur yang belum kebagian kurma, minta seorang anak kecil untuk meminta pada panitia, 3 buah kurma untuknya. Tentu kita tidak bisa ngejudge orang dari penampilannya. Tapi bapak itu HP nya BB!!

Sayangnya, begitu waktu maghrib tiba, saya kurang bisa menikmati santap berbuka, karena jarak antara waktu berbuka dan azan yang dikumandangkan ga lama, jadi makannya pun harus cepet supaya bisa sholat maghrib berjamaah. Mengingai tempat wudhu terbatas dengan jumlah orang sekian banyak.

Hmmmm, sesekali buka puasa gratisan boleh juga, tapi akan lebih baik jika buka puasa bersama itu tepat sasaran…

Indian Taste

Nasi Ayam Briyani

Selama tinggal setahun di daerah kampung Madras (Orang-orang menyebutnya kampung keling), yang sebagian warganya adalah keturunan India, baru 3 hari lalu saya mencoba makanannya Amita Bachan ini. Walaupun saya ini doyan makan, tetapi entah mengapa, baru kali ini saya nyobain Indian Food, itupun karena ajakan seorang teman yang kebetulan mampir ke kos dan ngajak makan keluar.

Mampirlah kami ke rumah makan Sinar Baru yang ada di jalan Cik Di Tiro, Medan. Ga jauh dari kosan saya. Rumah makan ini khusus meneydiakan masakan India. Ada roti chane, lalu masala, kari, nasi goreng, briyani, dll.

Karena kunjungan mendadak dan saya udah makan, maka saya hanya pesan Samosa. Si B pesan Nasi Ayam Briyani, dan si Oji nasi goreng Kambing. NAsi Gorengnya lumayan enak, tapi si Briyani dan Samosanya… mungkin karena ini juga baru pertama kalinya nyoba, jadi tidak familiar dengan rasa. Rasanya gimana ya.. bagi saya, saya kurang menyukai. sepertinya si samosa dan nasi briyaninya memiliki kemiripan bumbu, karena keduanya ada rasa “pengar”nya. Apakah yang saya rasakan itu rasa minyak samin nya atau rempah2nya (Saya lihat di resep nasi briyani, rempah2 yg dipakai padahal familiar di lidah saya).

Nasi Briyani ini disajikan dengan terong yang dibumbu mirip gulai, dan sambel nanas. Rasa sambelnya lucu, ada sensasi kecutnya. Baru daging ayamnya yg terasa lumayan enak.

Hmmm, jadi begitulah pengalaman pertama nyoba makanan India…

Samosa